BANG UCOK
Suatu senja di jalan Djamin Ginting Padang Bulan. Dari pengeras suara mesjid besar, suara adzan begitu jelas terdengar. Sementara, deru berbagai kenderaan - kenderaan bermotor yang memuncratkan asap kotor dari kanalpotnya, seolah hendak membungkam ‘panggilan Ilahi” tadi. Kebiasaan itu masih ditingkahi oleh lagu-lagu ngak-ngik-ngok yang memekakan telinga dari toko-toko disisi jalan. Pengap, kumuh, dan bising menyatu memadati udara. Syukur, lantunan adzan yang nyaris teredam itu, masih memberi kesejukan hati orang-orang yang waras.
Antrian kenderaan, lalu lalang manusia, anak-anak sekolah, mahasiswa, pekerja, pedagang, penganggur dan boleh jadi pencolong-terkemas menjadi satu pemandangan rutin tiap senja di jalan itu. Manusia yang makin dihimpit oleh kesibukan, persaingan, dan ketelitian agaknya sukar menerima suara panggilan ilahi di senja itu dengan pikiran dan hati jernih. Mereka agaknya sulit meluangkan waktu untuk Rabb mereka….,shalat maghrib!
Tapi senja itu ada yang lain. Sebuah Bus jurusan Brastagi yang sekoyong-koyongnya melaju tiba-tiba berhenti dan mengarah ke depan mesjid tersebut. Mobil tersebut ternyata tidak hendak menurunkan atau menaikkan penumpang. Ulah sopir tersebut tentunya membingungkan penumpangnya.
“ heh…kok berhenti mendadak. Mau buang air dulu apa? Gerutu seorang penumpang dengan aksen batak yang kental.
“ mau ganjal perut dulu mungkin”, timpal seorang pria gendut disebelahnya sembari mengepulkan asap rokoknya.
“ Maradian dulu, capek kali “’ sindir seorang ibu dengan dialek khas bataknya.
Sopir muda berjanggut itu dengan tenang berkata :
“ Sebelumnya saya mohon maaf kepada bapak dan ibu semuanya, karena perjalanan kita yang tertunda. Saya ingin shalat maghrib dulu”. Karuan saja semua penumpang bus itu terbengong-bengong. Sejak masih makan bubur, sampai uban di kepala bertabur, baru kali ini ada seorang supir kenderaan umum yang bertingkah aneh. Itu barangkali bayangan yang menyesaki benak para penumpang. Sang supir kembali melanjukan kata-katanya :
“ Saya tidak menyangka kita bakal terjebak kemacetan, kalau ingin dilanjutkan juga, tetap saja usai maghrib kita baru samapi tujuan. Izinkan saya melakukan shalat maghrib dulu….”
“ yang benar aja pir. Apa penumpang disuruh bengong-bengong nunggu oranng sembahyang…..?” protes segelintir penumpang.
“ Begini pak…saya bukan memaksa. Andaikan ada yang ingin cepat-cepat, silahkan pindah ke mobil lain. Ongkos akan saya kembalikan “. Pemuda itu berupaya menjinakkan penumpang. “ Kalau ingin diteruskan juga, sama saja. Kita bakal terlambat, soalnya bapak lihat sendiri, macet bukan main” unjarnya.
Masih belum ada jawaban ataupun reaksi . Mereka hanya saling pandang. Pikir punya pikir , jawaban si sopir cukup beralasan memang.
Akhirnya penumpang yang kebetulan sebagian muslim mengiyakan juga pendapat si sopir. Lantas sebagian ada yang mengikuti jejaknya, shalat. Sebagian yang lain tetap didalam bus.
Setelah siap shalat bang Ucok melanjutkan perjalan, demikian nama sopir tadi. Beberapa pekan lalu. Pemuda berdarah Mandailing ini memang berbeda dengan rekan-rekan sesama pengemudi bus. Sopir angkutan umum yang paling alim dan aneh , komentar rekan-rekannya.
“ Si Ucok jangan kamu kasih perempuan ……….Dia doyannya sajadah sama tasbih.
“ He, kemarin kulihat si Ucok bawa-bawa buku kecil yang tulisannya Arab. Kalau udah baca to buku lupa makan dia hee……
“kalau lihat perempuan ngak berani apalagi pegang-pegangan….!
Guyonan rekan-rekan Ucok dari berbagai suku itu acap kali mewarnai suasana di terminal pemberhentian. Namun, tidak semua rekannya memandang aneh Ucok. Beberapa ada juga yang mengikuti jejak pemuda Mandailing yang alim itu. Ucok tidak pernah marah mendengar guyonan teman-temannya. Paling hanya senyum-senyum, sembari menjawab. “ Ah kau ini , biasa saja. Awas nanti sebentar lagi nyawa kamu dicabut malaikat. Kapan sih kamu mau sadar…?”
Telah tujuh bulan ini Ucok menjadi pengemudi bus jurusan Brastagi itu . Sikapnya yang tawadhu’ dan dianggap aneh, nampak beberapa bulan terahir. Rupanya penyebab perubahan itu , setelah ia menekuni Islam secara serius . Konon, seminggu sekali secara rutin ia mengaji pada seoarang guru ngaji yang masih muda. Bang Regar namanya. Dari Bang Regar lah Ucok terbuka matanya dalam memahami islam.
Pemuda Mandailing yang pada dasarnya telah memiliki ‘bekal’ sedikit dari kampung halamnnaya, tak sulit mengikuti pelajaran-pelajaran dari bang Regar. Bahkan Ucok tergolong ‘cerdas’ menangkap isyarat guru ngajinya. Entah metode apa yang yang diterapkan bang Regar, dalam waktu singkat terjadilah revolusi pada diri Ucok. Ketika dikampung, sejak kanak-kanak ia mengaji sampai ia lulus SMA islam dirasakknya hambar. Agamanya yang diyakininya itu tak pernah berbekas dalam kehidupnanya.
Ucok yang bernama asli Taufik Nasution, betul-betul terkesan dengan penampilan bang Regar. Guru ngajinya bukan orang miskin , bahkan seorang sarjana lulusan perguruan tinggi negri paling beken di negri ini; USU. Namun sosoknya sangat bersahaja , tidak mewah. Padahal dua buah mobil, BMW dan Honda King selalu nongkrong dirumahnya.
Sebenarnya Ucok belum lama mengenal bang Regar. Namun ia melihat sesuatu yang lain yang istimewah pada guru ngajinya yang satu ini. Nyaris islam terjelma utuh pada potret pribadi laki-laki yang kini jadi idolanya. Materi-materi pengajian yang disampaikan, diurai dengan cermat, jelas dan menarik, betul-betul mudah dicerna dan mengena. Ternyata, bang Regar bukan tipe orang yang cuma bisa ‘ngomong’ tanpa mengamalkan. Akhlak, wawasan, tutur kata dan tingkah laku guru ngaji ini betul-betul jelmaan dari apa yang dikatakannya.
“ hee….cok. cepatlah sediktit. Mobil kalu sudah penuh tu!”
Sembiring dengan bahasa Batak cukup kental berteriak memperingtkan Ucok yang telah berada di mushalla terminal pagi itu. Rupanya anak karo berbeda agama itu , termasuk orang yang menyengi pribadi Ucok. Saat itu Ucok baru siap shalat Dhuha. Ia menoleh sejenak kearah mobilnya, namun tak segera ia beranjak. Ditundukkanya kepalanya dengan khusyu’,asyik sekali nampaknya ia berdoa. Selang beberapa saat ia beranjak dan bergegas ke busnya, “ Bismillahirrohmaini-rohim”’ kunci dikontak…dan…busnya yang dikemudikan anak mandailing itu berlalu tenaang menginggalkan terminal..
Selasa, 21 Desember 2010
setetes cahaya
SETETES CAHAYA DI MALAM TAHUN BARU HIJIRIYAH
Suri menangis dan nyaris meraung dalam kamarnya. Sudah jalan tiga hari ini ia mengurung dirinya di ruang lima kali tujuh meter tersebut. Segala bujuk rayu papa dan mama tak digubrisnya. Entah, kasus apa yang melanda kehidupan gadis “kaya” yang mahasiswa perguruan tinggi negeri cukup beken di kota metropolitan itu, hingga ia terbenam dalam kesedihan berat. Ulah anak semata wayang itu, tentu saja mengundang rasa cemas tuan dan nyoya Munar Ritonga.
“Pah…,gimana ni. Sudah tiga hari ini dia ndak mau makan. Aku khawatir anak itu sakit!”, Nyonya Munar Ritonga mengiba kepada suaminya. Raut wajahnya begitu kusam.
“Ya…aku sudah berusaha ma, membujuk dia agar mau berterus terang. Tapi ia tetap bungkam dan tak mau membuka pintu kamarnya. Habis kita mesti bagaimana lagi to…?”, jawab pak Munar tak kalah cemasnya.
Rumah mewah dikawasan elit ibu kota itu, nampak makin muram selama tiga hari ini. Padahal sebelum suasana tempat tinggal pejabat eleson atas pertamina tersebut lumayan marak. Siti dan Juminah yang sehari-hari ‘ngepos, didapur misalnya, biasanya sahut-sahutan nyanyian lagu dangdut A.Rafiq sembari menunaikan tugas harian. Dua ibu muda asal Tapsel itu terkenal periang. Suasana makin berbunga tatkala Mustafa pemuda sekampung Siti menyetel lagu ‘hard rock’nya The Scorpion keras-keras. Tak peduli buta artinya, yang penting pekerjaan motong rumput dan nyuci mobil yang jumlahnya empat itu serasa santai bagi Mustafa bila mendengar lagu hingar bingar terebut.
Lho…., apa nyonya rumah tidak marah bila mereka bertingkah seperti itu? Tentu saja mereka berbuat begitu , manakala tak sebatang hidungpun rumah yang pernah ditaksir satu miliyar berada dirumah. Pagi hingga sore adalah milik para pembantu tersebut. Saat-saat seperti itulah seluruh pemiliknya keluar dengan masing-masing kesibukannya. Tuan Munar, begitu ia biasa di panggil, sibuk ngantor. Nyonya Munar yang konon pernah sekolah di Amerika, harus juga peras tenaga dan otak dengan posnya sebagai manager sebuah hotel berbintang. Suri sendiri sudah dimaklumi bila ia pulang sore bahkan sampai malam dengan mobil be em we kesayangannya, hadiah ulang tahun dari papa.
Sebetulnya jam pulang kuliah adalah pukul satu sampai pukul dua. Namun kebiasaan Suri, ia tak langsung pulang kerumah seusai kuliah. Dengan mobil mewahnya, kerap kali ia diajak teman-teman wanita dan prianya nongkrong di Texas atau Kentucky Fried Chicken. Atau gerombolan itu melepas kepenatan kampus di lantai-lantai disco hotel mewah. “ seharian mangkal disana sini, habis berapa Sur…?” Dedek anak tapsel teman sekampus suri pernah bertanya. “ Akh…, ngga’ seberapa, paling-paling cuma dua ratus ribu perak!”.
Lantaran itu, Siti, Juminah, maupun Mustafa nyaris tiap hari di waktu-waktu seperti itu berhura-hura, bak tikus-tikus yang berpesta pora tatkala kucinng tak ada. Keluarga Pak Munar praktis memamfaatkan bangunan mewah itu hanya untuk tidur tok. Waktu pertemuan anggota keluarga itu baru komplit di saat makan malam. Itupun jarang terjadi, lantaran Suri anak yang amat dimanjakan itu tak jarang pulang pas acara berita terakhir TVRI. Ketika papa dan mamanya mendesak ingin tahu kegiatan dari pagi hingga larut malam, sambil cemberut manja gadis itu menjawab : biasa ma…..ada film bagus dibintangi Robert Redford dan Raquel Welch….!. Biasanya bila pulang pada jam-jam seperti ini, Suri langsung menghempaskan dirinya ketempat tidur. Frekuensi komunikasi antara insan yang telah menjadi masyarakat miniature itu nyaris tak pernah terjadi . Sungguh kemegahan bangunan fisik rumah mewah tersebut tak semegah kenyamanan yang dirasakan Suri. Ia merasakan hubungannya yang beku terhadap kedua orang tuanya. Irama kehidupan dalam rumah itu tangga itu tak pernah memberinya semangat hidup. Namun kehangatan, kasih sayang orangtua, keriangan canda dengan orang tua yang begitu ia dambakan merupakan sebuah khayalan. Kasihan memang anak tunggal tuan Munar tersebut.
Wajar bila ia sering bertingkah laku ‘over acting’ sebagai kompensasi. Pernah bolos dan tidak kuliah selama satu bulan. Memebentuk gerombolan yang kerjanya, tak lebih menghamburkan isi kocek di di club-club diskotik, fitness center dsb. Sebulan lalu, ulahnya sempat merepotkan tuan Munar. Pasalnya mobil Baby-Benz yang dipakainya ke kantor, digunakan untuk kebut-kebutan hingga nabrak orang. Konon ia terakhir ia menjalin hubungan asmara dengan seorang pemuda bernama Reza, anak seorang direktur peusahaan swasta terkenal. Pantas saja belakngan ini ia kelihatan agak jinak. Rupanya gadis manja itu tengah kasmaran.
Amboi…betapa indahnya saat-saat in the mood seperti itu bagi Suri. Dirinya terasa mengawang ketaman sorgawi. Frekuensi kencan dengan arjuna yang namanya Reza itu sering dilakukan di tempat-tempat syhadu, lantai dansa club-club diskotik, restoran-restoran mewah. Ia baru merasakan kehangatan dan perhatian dari pemuda yang kini dianggapnya sebagai pelindung dan tempat mangadu kisah suka dukanya. Hubungan meraka mesra, karena Reza memperlihatkan perilaku simpatik selama ini kepada Suri. Entah, seajauh mana Reza telah memperlakukan pacarnya yang kaya raya itu.
Namun kemesraan sepasang sejoli itu tak berlangsung lama. Ikhwalnya, suatu hari Suri datang kerumah Reza, seperti biasanya, tanpa malu-malu ia langsung ke kamar pemuda pujaanya. Dan ternyata Reza tidak ada ditempat. Suri tidak langsung angkat kaki, namun iseng-iseng mengamati ruangan yang disisinya tertampang hiasan dinding diantarnya poster-poster musisi bule dan wanita yang nyaris bugil. Sambil mengamati sekeliling, ia membuka laci sebuah lemari kecil yang diatasnya bertengger sebuah video dan tumpukan kaset. Dan betapa…., kagetnya ketika didapat di dalam laci tersebut setumpukan majalah yang isinya…masya Allah! Suri makin terpukul tatkala didapatnya sebuah album foto yang isinya gambar-gambar Reza dengan wanita lain. Ohh….kau ternyata pemuda tak tau diri ….! Suri hampir menjerit. Hal tersebut hampir membuatnya jatuh tekulai. Dan…akhirnya ia tinggalkan ruangan itu dengan hati yang hancur berkeping-keping…!
Betapa dahsyatnya guncangan peistiwa yang menimpa Suri. Bila ia selama ini begitu berharap, arjunanya dapat memberikan perlindungan, kehangatan kasih sayang, kemesraan dan setumpuk harapan-harapan lain. Tenyata ia menghadapi kenyataan yang begitu amat pahit. Karena itulah semenjak tiga hari setelah peristiwa itu ia membenamkan diri dalam kamar. Nyaris ia mengambil jalan buntu, untuk menammatkan riwayat hidupnya lewat sekaleng Baygon. Namun, ketika ia mengikuti bisikan iblis durjana itu, serta merta terniang kembali kata-kata ‘Dedek’ teman satu kuliahnya yang telah berjilbab rapi nan anggun. Dikala itu dia saat ingin berada di dekat temannya tersebut.
“Sur….masih seperti dulu saja kamu. Kenapa ngak mengikuti terus lanjutan kegiatan studi islam waktu di kampus di acara mentoring ? Setelah rutin mengikuti pengajian hingga sekarang, aku merasa menemui diriku Sur, dan betapa kita akan tahu hakikat hidup kita. Betul kok Sur , aku begitu amat tenang dalam naungan kekuatan dan ke-Maha Besaran-Nya…..!
Begitu Dedek menyebut-nyebut tentang hakikat hidup, tenang dalam naungan kekuatan dan ke-Maha Besarann-Nya, sebetulnya ia mulai tertarik. Namun sayang, pergaulannnya yang terlalu bebas, untuk kemudian gadis itu larut kembali dalam gaya hidup yang serba kaya. Kendati demikian, ‘Dedek sempat memberikan sebuah buku beberapa hari dulu telah selesai dibaca. Isinya berkiprah tentang seorang wanita Afghanistan yang ditinggal mati kedua oangtuanya yang syahid di medan jihad. Ditengah alam ganas tanpa sanak family, tanpa rumah, senantiasa di intai ganasnya moncong-moncong senjata permusuhan, gadis itu tetap tegar menyongsong masa depannya. Tidak……, tidak mungkin gadis itu mampu bertahan hidup tanpa ruh yang memberikan kekuatan. Ya…., kekuatan itu ialah iman dan keyakinan akan perlindungan Allah, Pencipta, Pemilik, Penjamin, Pemelihara dan Penguasaan alam semesta.
Ya Allah, aku…? Ah…betapa aku telah lama berpaling darimu.Selama setahun ini betapa tak secuilpun aku mengindahkan seruan-seruan-Mu yang mulia. Betapa aku telah lalaikan ajaran-ajaran-Mu yang agung….! Dan …betapa.., ya Robbi betapa telah pekatnya lumpur dosa yang menyelimuti diriku. Dimalam tahun baru hijiriyah tersebut Suri serasa menemukan kembali cahaya kehidupan yang sesungguhnya. Suri tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan yang dalam. Air mata terus terurai, membasahi bantal yang menutupi wajahnya. Kali ini tangisnya lain, bukan lagi raungana penyesalan retaknya hubungan dia dengan Reza. Namun, tangis ketika suara fitrah seorang insan menguak tabir kelalaian. Ya..Allah, pantaskah aku manangisi diriku , ketika aku tahu engkau Maha Segalnya.Semoga di tahun baru ini aku bisa memperbaiki seluruh perbuatanku yang telah lewat.
Suara adzan Maghrib menerobos kamar Suri. Dan gadis itu berhentak seakan baru bangun dari mimpinya yang panjang.Suri baru sadar selama setahun ini begitu banyak ia melakukan kesalahan, dan di akhir malam penghabisan tahun dia ingin kembali menyongsong masa depannya.” Allahu Robbi, izinkan aku untukmu kembali kepada-Mu”. Dua butir cairan bening kembali keluar dari matanya. Namun air mata gadis itu bergelora, menyiratkan adanya semangat baru untuk menyongsong kehidupannya kedepan di tahun baru hijiriyah kali ini.dengan penuh semangat dan keyakinan maka suri bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhuk kemudian dia larut dengan iman dan taqwa kepada Sang Maha Pengampun.
Suri menangis dan nyaris meraung dalam kamarnya. Sudah jalan tiga hari ini ia mengurung dirinya di ruang lima kali tujuh meter tersebut. Segala bujuk rayu papa dan mama tak digubrisnya. Entah, kasus apa yang melanda kehidupan gadis “kaya” yang mahasiswa perguruan tinggi negeri cukup beken di kota metropolitan itu, hingga ia terbenam dalam kesedihan berat. Ulah anak semata wayang itu, tentu saja mengundang rasa cemas tuan dan nyoya Munar Ritonga.
“Pah…,gimana ni. Sudah tiga hari ini dia ndak mau makan. Aku khawatir anak itu sakit!”, Nyonya Munar Ritonga mengiba kepada suaminya. Raut wajahnya begitu kusam.
“Ya…aku sudah berusaha ma, membujuk dia agar mau berterus terang. Tapi ia tetap bungkam dan tak mau membuka pintu kamarnya. Habis kita mesti bagaimana lagi to…?”, jawab pak Munar tak kalah cemasnya.
Rumah mewah dikawasan elit ibu kota itu, nampak makin muram selama tiga hari ini. Padahal sebelum suasana tempat tinggal pejabat eleson atas pertamina tersebut lumayan marak. Siti dan Juminah yang sehari-hari ‘ngepos, didapur misalnya, biasanya sahut-sahutan nyanyian lagu dangdut A.Rafiq sembari menunaikan tugas harian. Dua ibu muda asal Tapsel itu terkenal periang. Suasana makin berbunga tatkala Mustafa pemuda sekampung Siti menyetel lagu ‘hard rock’nya The Scorpion keras-keras. Tak peduli buta artinya, yang penting pekerjaan motong rumput dan nyuci mobil yang jumlahnya empat itu serasa santai bagi Mustafa bila mendengar lagu hingar bingar terebut.
Lho…., apa nyonya rumah tidak marah bila mereka bertingkah seperti itu? Tentu saja mereka berbuat begitu , manakala tak sebatang hidungpun rumah yang pernah ditaksir satu miliyar berada dirumah. Pagi hingga sore adalah milik para pembantu tersebut. Saat-saat seperti itulah seluruh pemiliknya keluar dengan masing-masing kesibukannya. Tuan Munar, begitu ia biasa di panggil, sibuk ngantor. Nyonya Munar yang konon pernah sekolah di Amerika, harus juga peras tenaga dan otak dengan posnya sebagai manager sebuah hotel berbintang. Suri sendiri sudah dimaklumi bila ia pulang sore bahkan sampai malam dengan mobil be em we kesayangannya, hadiah ulang tahun dari papa.
Sebetulnya jam pulang kuliah adalah pukul satu sampai pukul dua. Namun kebiasaan Suri, ia tak langsung pulang kerumah seusai kuliah. Dengan mobil mewahnya, kerap kali ia diajak teman-teman wanita dan prianya nongkrong di Texas atau Kentucky Fried Chicken. Atau gerombolan itu melepas kepenatan kampus di lantai-lantai disco hotel mewah. “ seharian mangkal disana sini, habis berapa Sur…?” Dedek anak tapsel teman sekampus suri pernah bertanya. “ Akh…, ngga’ seberapa, paling-paling cuma dua ratus ribu perak!”.
Lantaran itu, Siti, Juminah, maupun Mustafa nyaris tiap hari di waktu-waktu seperti itu berhura-hura, bak tikus-tikus yang berpesta pora tatkala kucinng tak ada. Keluarga Pak Munar praktis memamfaatkan bangunan mewah itu hanya untuk tidur tok. Waktu pertemuan anggota keluarga itu baru komplit di saat makan malam. Itupun jarang terjadi, lantaran Suri anak yang amat dimanjakan itu tak jarang pulang pas acara berita terakhir TVRI. Ketika papa dan mamanya mendesak ingin tahu kegiatan dari pagi hingga larut malam, sambil cemberut manja gadis itu menjawab : biasa ma…..ada film bagus dibintangi Robert Redford dan Raquel Welch….!. Biasanya bila pulang pada jam-jam seperti ini, Suri langsung menghempaskan dirinya ketempat tidur. Frekuensi komunikasi antara insan yang telah menjadi masyarakat miniature itu nyaris tak pernah terjadi . Sungguh kemegahan bangunan fisik rumah mewah tersebut tak semegah kenyamanan yang dirasakan Suri. Ia merasakan hubungannya yang beku terhadap kedua orang tuanya. Irama kehidupan dalam rumah itu tangga itu tak pernah memberinya semangat hidup. Namun kehangatan, kasih sayang orangtua, keriangan canda dengan orang tua yang begitu ia dambakan merupakan sebuah khayalan. Kasihan memang anak tunggal tuan Munar tersebut.
Wajar bila ia sering bertingkah laku ‘over acting’ sebagai kompensasi. Pernah bolos dan tidak kuliah selama satu bulan. Memebentuk gerombolan yang kerjanya, tak lebih menghamburkan isi kocek di di club-club diskotik, fitness center dsb. Sebulan lalu, ulahnya sempat merepotkan tuan Munar. Pasalnya mobil Baby-Benz yang dipakainya ke kantor, digunakan untuk kebut-kebutan hingga nabrak orang. Konon ia terakhir ia menjalin hubungan asmara dengan seorang pemuda bernama Reza, anak seorang direktur peusahaan swasta terkenal. Pantas saja belakngan ini ia kelihatan agak jinak. Rupanya gadis manja itu tengah kasmaran.
Amboi…betapa indahnya saat-saat in the mood seperti itu bagi Suri. Dirinya terasa mengawang ketaman sorgawi. Frekuensi kencan dengan arjuna yang namanya Reza itu sering dilakukan di tempat-tempat syhadu, lantai dansa club-club diskotik, restoran-restoran mewah. Ia baru merasakan kehangatan dan perhatian dari pemuda yang kini dianggapnya sebagai pelindung dan tempat mangadu kisah suka dukanya. Hubungan meraka mesra, karena Reza memperlihatkan perilaku simpatik selama ini kepada Suri. Entah, seajauh mana Reza telah memperlakukan pacarnya yang kaya raya itu.
Namun kemesraan sepasang sejoli itu tak berlangsung lama. Ikhwalnya, suatu hari Suri datang kerumah Reza, seperti biasanya, tanpa malu-malu ia langsung ke kamar pemuda pujaanya. Dan ternyata Reza tidak ada ditempat. Suri tidak langsung angkat kaki, namun iseng-iseng mengamati ruangan yang disisinya tertampang hiasan dinding diantarnya poster-poster musisi bule dan wanita yang nyaris bugil. Sambil mengamati sekeliling, ia membuka laci sebuah lemari kecil yang diatasnya bertengger sebuah video dan tumpukan kaset. Dan betapa…., kagetnya ketika didapat di dalam laci tersebut setumpukan majalah yang isinya…masya Allah! Suri makin terpukul tatkala didapatnya sebuah album foto yang isinya gambar-gambar Reza dengan wanita lain. Ohh….kau ternyata pemuda tak tau diri ….! Suri hampir menjerit. Hal tersebut hampir membuatnya jatuh tekulai. Dan…akhirnya ia tinggalkan ruangan itu dengan hati yang hancur berkeping-keping…!
Betapa dahsyatnya guncangan peistiwa yang menimpa Suri. Bila ia selama ini begitu berharap, arjunanya dapat memberikan perlindungan, kehangatan kasih sayang, kemesraan dan setumpuk harapan-harapan lain. Tenyata ia menghadapi kenyataan yang begitu amat pahit. Karena itulah semenjak tiga hari setelah peristiwa itu ia membenamkan diri dalam kamar. Nyaris ia mengambil jalan buntu, untuk menammatkan riwayat hidupnya lewat sekaleng Baygon. Namun, ketika ia mengikuti bisikan iblis durjana itu, serta merta terniang kembali kata-kata ‘Dedek’ teman satu kuliahnya yang telah berjilbab rapi nan anggun. Dikala itu dia saat ingin berada di dekat temannya tersebut.
“Sur….masih seperti dulu saja kamu. Kenapa ngak mengikuti terus lanjutan kegiatan studi islam waktu di kampus di acara mentoring ? Setelah rutin mengikuti pengajian hingga sekarang, aku merasa menemui diriku Sur, dan betapa kita akan tahu hakikat hidup kita. Betul kok Sur , aku begitu amat tenang dalam naungan kekuatan dan ke-Maha Besaran-Nya…..!
Begitu Dedek menyebut-nyebut tentang hakikat hidup, tenang dalam naungan kekuatan dan ke-Maha Besarann-Nya, sebetulnya ia mulai tertarik. Namun sayang, pergaulannnya yang terlalu bebas, untuk kemudian gadis itu larut kembali dalam gaya hidup yang serba kaya. Kendati demikian, ‘Dedek sempat memberikan sebuah buku beberapa hari dulu telah selesai dibaca. Isinya berkiprah tentang seorang wanita Afghanistan yang ditinggal mati kedua oangtuanya yang syahid di medan jihad. Ditengah alam ganas tanpa sanak family, tanpa rumah, senantiasa di intai ganasnya moncong-moncong senjata permusuhan, gadis itu tetap tegar menyongsong masa depannya. Tidak……, tidak mungkin gadis itu mampu bertahan hidup tanpa ruh yang memberikan kekuatan. Ya…., kekuatan itu ialah iman dan keyakinan akan perlindungan Allah, Pencipta, Pemilik, Penjamin, Pemelihara dan Penguasaan alam semesta.
Ya Allah, aku…? Ah…betapa aku telah lama berpaling darimu.Selama setahun ini betapa tak secuilpun aku mengindahkan seruan-seruan-Mu yang mulia. Betapa aku telah lalaikan ajaran-ajaran-Mu yang agung….! Dan …betapa.., ya Robbi betapa telah pekatnya lumpur dosa yang menyelimuti diriku. Dimalam tahun baru hijiriyah tersebut Suri serasa menemukan kembali cahaya kehidupan yang sesungguhnya. Suri tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan yang dalam. Air mata terus terurai, membasahi bantal yang menutupi wajahnya. Kali ini tangisnya lain, bukan lagi raungana penyesalan retaknya hubungan dia dengan Reza. Namun, tangis ketika suara fitrah seorang insan menguak tabir kelalaian. Ya..Allah, pantaskah aku manangisi diriku , ketika aku tahu engkau Maha Segalnya.Semoga di tahun baru ini aku bisa memperbaiki seluruh perbuatanku yang telah lewat.
Suara adzan Maghrib menerobos kamar Suri. Dan gadis itu berhentak seakan baru bangun dari mimpinya yang panjang.Suri baru sadar selama setahun ini begitu banyak ia melakukan kesalahan, dan di akhir malam penghabisan tahun dia ingin kembali menyongsong masa depannya.” Allahu Robbi, izinkan aku untukmu kembali kepada-Mu”. Dua butir cairan bening kembali keluar dari matanya. Namun air mata gadis itu bergelora, menyiratkan adanya semangat baru untuk menyongsong kehidupannya kedepan di tahun baru hijiriyah kali ini.dengan penuh semangat dan keyakinan maka suri bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhuk kemudian dia larut dengan iman dan taqwa kepada Sang Maha Pengampun.
Jumat, 22 Januari 2010
kapasitas lapang
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS LAPANG
1. Istilah-istilah Yang Berkaitan Dengan Kinerja Lapang Alat Mesin Pertanian
Kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin, merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam menghitung biaya pengerjaan
tersebut per satuan luas.
Kapasitas lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya.
Waktu per hektar teoritis ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang teoritis tersebut.
Waktu kerja efektif ialah waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
Kapasitas lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total sebagaimana didefinisikan pada Bagian 2. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam.
Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
Efisiensi kinerja ialah suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya prosentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
2. Kapasitas Lapang Efektif
Kapasitas lapang efektifsuatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, prosentase lebarteoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untukmemanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi sebelah luar mata-mata paling ujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100% lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih.
Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut.
Waktu hilang merupakanvariabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dsb. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan
yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi lapang.
Kapasitas lapang efektif suatu mesin bisa dinyatakan sbb :
Dengan
C = kapasitas lapang efektif, dalam hektar per jam
S = kecepatan jalan, dalam km/jam
W = lebar teoritis alat, dalam meter
Ef = efisiensi lapang, dalam persen.
Renoll mengusulkan pengiraan kapasitas lapang efektif dalam satuan menit per hektar, yang merupakan besarnya waktu teoritis per hektar ditambah waktu per hektar yang diperlukan untuk belok ditambah waktu perhektar yang diperlukan untuk “fungsi-fungsi penunjang”. Renoll menggolongkan seluruh waktu hilang selain belok ke dalam fungsi penunjang. Item-item ini diukur dan diperkirakan secara individual lalu dijumlahkan.
3. Waktu Hilang Untuk Belok
Belok di ujung atau di sudut suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Tidak peduli apakah suatu lapang dikerjakan pulang balik, dari tepi ke tengah ataukah digarap dengan mengelilingi titik pusatnya, jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama pada ketiga cara di atas. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180o per putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90o per putaran.
Waktu yang diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik, misalnya pada tanaman larik, juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di head-land, kekasaran daerah belok dan lebar alat. Renll dalam suatu pengkajian selama 8 tahun dengan peralatan 1, 2, dan 4 larik (jarak larik 102 cm) mendapatkan bahwa waktu belok 12 – 18 detik per belokan bila daerah beloknya halus, namun akan lebih besar 10 – 30 % bila daerah beloknya kasaar. Waktu per belokan akan naik sebanyak 50 % jika daerah belok begitu sempit sehingga traktor harus diundurkan ketika belok.
Waktu per belokan pada head-land halus rata-rata hampir 5 % lebih besar pada pemanen atau penyiang 4 larik dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20 – 25 % pada head-land kasar. Pada pengujian dengan alat yang lebih lebar, Barnes dkk mendapatkan bahwa waktu per belokan rerata 40 – 5- % lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik dibanding 4 larik.
Renoll mengajukan penggunaan suatu faktor yang disebut “indeks mesin lapang” guna menunjukkan seberapa cocok suatu lapang tertentu terhadap pengerjaan tanaman larik. Renoll mendefinisikan indeks ini sebagai perbandingan prosentase dari waktu kerja efektif dibagi waktu kerja efektif + waktu belok. Harga-harga indeks terbanding untuk lapang-lapang yang berbeda ditentukan oleh pengkajian waktu aktual dengan mesin-mesin yang sama. Pengujian oleh Rnoll menunjukkan bahwa indeks mesin lapanng untuk suatu lapang tertentu cenderung konstan pada beragam pengerjaan tanaman larik.
Perjalanan tak kerja melintasi ujung-ujung suatu lapang menghasilkan kehilangan lainnya yang sering tak terhindarkan dan khususnya penting jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam lapang-lapang yang pendek. Jika w adalah lebar total masing-masing tanah (yaitu lebar luasan yang digarap sebagai sebuah satuan), rerata jarak teoritis melintas tiap ujung ialah « w. Jika panjang lapang ialah L, rerata perjalanan total per putaran adalah 2 L + w, dan prosentase jarak perjalanan tak kerja adalah
Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan w, diperoleh
Dalam prakteknya, perjalanan maksimum melintasi ujung suatu lapang akan sedikit lebih besar dibanding w, dan perjalanan minimum bila lapang dipersempit akan dibatasi oleh jejari belok mesin atau traktor. Karena itu dalam menghitung I sebaiknya diambil nilai w yang sedikit lebih besar dibanding lebar lapang.
4. Waktu Hilang Yang Sebanding dengan Luas
Beberapa waktu hilang, semacam karena istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat, biasanya cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu lapang total) jika kecepatan kerja atau lebar alat ditambah. Perjalanan tak kerja melintasi ujung lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja normal dipertahankan saat melintasi ujung.
Kehilangan waktu yang lain, semacam yang disebabkan oleh halangan, penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan pengisian tabung semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas daripada dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok, kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan pengosongan hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping sebanding dengan luasnya.
Waktu hilang yang cenderung sebanding dengan luas menjadi makin penting bila lebar atau kecepatan alat dinaikkan, karena waktu hilang tersebut akan terhitung dengan prosentase yang lebih besar dengan berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian, mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat menaikkan keluaran cuma 30 % bukannya 50 %.
Pentingnya secara relatif dari waktu berhenti yang sebanding dengan luas bisa ditentukan dari persamaan berikut, yang didasarkan pada definisi efisiensi lapang.
dengan
To = Waktu teoritik per hektar
Te = Waktu kerja efektif = To x 100/K
K = Persentase lebar alat yang dimanfaatkan secara actual
Th = Waktu hilang per hektar kerana penghentian yang tak sebanding dengan luas, setidaknya sebagian dari Th biasanya cenderung sebanding dengan Te
Ta = Waktu hilang per hektar karena penghentian yang cenderung sebanding dengan luas.
Dalam praktek aktual, hubungan antara banyak tipe waktu hilang dan waktu kerja efektif atau luas berada di suatu titik antara harga-harga ekstrim yang dihasilkan oleh Th dan Ta. Sebagaimana ditunjukkan dalam pasal 3, waktu per belokan untuk penanaman atau penyiangan tanaman larik naik sedikit jika lebar alat ditambah, sehingga waktu belok pada alat yang lebih lebar mempunyai prosentase yang lebih besar terhadap waktu total namun merupakan jumlah terkecil per hektarnya.
Mengisi wadah benih, jika hanya memerlukan sejumlah kecil benih per hektar, boleh jadi memerlukan waktu per hektar yang lebih kecil pada penanam lebar dibanding penenem yang lebih kecil karena waktu yang dibutuhkan untuk turun dari traktor, berjalan menju wadah, dan kembali kira-kira hampir sama pada kedua ukuran itu, dan akan merupakan sebuah persoalan yang signifikan dari waktu total dalam penambahan benih.
5. Waktu Hilang Berkenaan dengan Kehandalan Mesin
Peluang kerusakan alat, yang akan berakibat hilangnya waktu di lapang, adalah berbanding terbalik dengan kehandalan mesin. Kehandalan keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berfungsinya suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu sepanjang periode waktu tertentu. Sebagai contoh, jika sebuah alat memiliki kehandalan keberhasilan 1000 jam sebesar 90 %, rerata 10 % dari alat tersebut akan rusak sebelum 1000 jam dan 90 %-nya akan berumur pakai lebih dari 1000 jam. Cara lain untuk menyatakan kehandalan keberhasilan ialah dengan menyatakannya sebagai rerata selang waktu antara terjadinya kerusakan-kerusakan.
Kehandalan suatu gabungan suku atau gabungan mesin ialah hasil kali faktor-faktor kehandalan individual. Persen kehandalan harapan pada sebuah gabungan dari n bagian ialah
Dengan
x1, x2, x3, ….. xn = kehandalan harapan alat individual dalam persen.
Hendaknya diperhatikan bahwa kehandalan yang ditunjukkan dengan persamaan di atas hanyalah harga harapan statistik. Kehandalan satuan individual suatu tipe tertentuberagam secara lebar dari harga harapannya. kehandalan harapan dan faktor keragaman bisa ditentukan secara statistik dario pengamatan terhadap sekelompok satuan
individual.
Sebuah mesin komplek, semacam pemanen padu, memiliki peluang kerusakan yang jauh lebih besar dibanding sebuah mein sederhana, bahkan meskipun kehandalan keberhasilan seluruh suku individualnya mungkin saja tinggi. Sebagai contoh, sebuah mesin dengan hanya 10 bagian, masing-masing memiliki kehandalan keberhasilan 97 % untuk suatu periode waktu tertentu, akan memiliki kehandalan menyeluruh hanya sebesar 74 %. Sekalipun rancangan merupakan faktor utama kehandalan keberhasilan, tata cara pembuatan dan cara perawatan dan pemakaian mesin pun penting. Rancangan optimum merupakan suatu hasil yang menyetimbangkan biaya guna mendapatkan kehandalan yang tinggi dengan manfaat meminimumkan frekwensi terjadinya kerusakan.
Suatu survey terhadap lebih dari 1 500 petani di Indiana dan Illionis menunjukkan bahwa kehandalan keberhasilan tidak terlalu dipengaruhi oleh umur, baik pada mesin komplek maupun sederhana. Pada survey tersebut, kehandalan didasarkan pada kerusakan yang acak, tak teramalkan, serta tidak menertakan pengaruh keausan normal. Rerata terdapat 60 – 80 % peluang terjadinya satu atau lebih kerusakan per tahun, diawali dari tahun pertama umur mesin. Pada mesin yang mengalami kerusakan, rerata hilangnya waktu lapang per tahun biasanya lebih dari 8 jam untuk pemanen padu, 3 – 6 jam untuk pemetik jagung, 1 – 4 jam untuk bajak, serta kurang dari 2 jam untuk penanam dan penyiang tanamn larik. Waktu hilang yang besar pada kerusakan alat pemanen yang komplek mungkin menghasilkan kerugian ekonomis yang serius dikarenakan ketaktepatan waktu.
Kehandalan pemakaian waktu pada mesin individual menjadi makin penting jika beberapa mesin atau beberapa bagian mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang sebesar 5 atau 10 % karena kerusakan, penyetelan, pembetulan, penyumbatan/penggumpalan, atau berhenmti yang lain berkaitan dengan mesin, umumnya tidak dianggap serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing dengan kehandalan pemakaian waktu 98 %, digunakan secara beriritan, kehandalan pemakaian waktuharapan menyeluruh gabungan tersebut akan terkurangi sampai menjadi tinggal 66 %. Kehandalan pemakaian waktu, sebagaimana dibahas pada pasal ini, didasarkan pada waktu kerja efektif dan waktu hilang dari pemberhentian yang dibutuhkan pada masing-masing mesin individual dalam gabungan tersebut. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang gabungan tersebut.
Dikarenakan adanya pengurangan kehandalan pada mesin gabungan, pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih penting dibanding jika hanya dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu gabungan hendaklah dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan dan kapasitas berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.
6. Menghitung Waktu Hilang dan Efisiensi Lapang
Pengkajian waktu hilang telah dilakukan oleh sejumlah penyelidik untuk menentukan efisiensi lapang dan memberi informasi untuk keperluan analisa lapang. Pengkajian waktu terinci meliputi pengamatan dan pencatatan waktu secara menerus pada tiap kegiatan yang tercakup dalam pengerjaan lapang, untuk satu atau lebih perioda hari. Jika K = 100 %, efisiensi lapang ialah persentase total waktu lapang sepanjang mana mesin secara aktual menghasilkan fungsinya, dan dapat ditentukan secara langsung dari data waktu.
Contoh suatu pengkajian waktu terinci pada sebuah pemetik jagung satu larik disajikan di bawah ini. Waktu teramati telah diubah menjadi per hektar.
Aktivitas
menit per hektar
Belok di ujung larik 6.4
Mengosongkan keranjang 11.4
Membrsihkan mesin 5.7
Perjalanan tak kerja 2.7
Perjalanan dari dan ke gandengan 8.9
Mengumpulkan keranjang 5.2
Waktu berhenti lain 1.7
Pemetikan aktual 89.0
Jumlah waktu per hektar 131.0
Dari hasil tersebut, efisiensi lapangnya ialah
68%
Jika yang diperlukan dari suatu pengkajian hanyalah efisiensi lapangnya, hal itu dapat diperoleh dengan mengamati waktu lapang total selama 1 hari atau lebih, rerata kecepatan selama menghasilkan fungsinya secara aktual, total luas yang tergarap, dan lebar mesin teoritis. Rerata kecepatan penggarapan aktual kemudian dapatdihbungkan dengan kapasitas lapang teoritik untuk mendapatkan efisiensi lapang.
Hasil-hasil kajian lapang oleh berbagai penyelidik telah dianalisa dan dirangkum, menghasilkan harga-harga efisiensi lapang yang khas, sebagai berikut :
Kebanyakanpengerjaan pengolahan tanah(pembajakan, penyiangan, dsb) 75 – 90 %
Pengiciran atau pemupukan tanaman larik atau bijian 60 – 80 %
Pengiciran dan pemupukan tanaman larik atau bijian 45 – 65 %
Pemanenan padu 65 – 80 %
Petik jagung 55 – 70 %
Petik kapas (mesin tipe gelendong) 60 – 75 %
Potong rumput 75 – 85 %
Keruk rumput 75 – 90 %
Panen rumput atau bijian dengan windrower swa gerakdi lapang yang ada saluran irigasi 65 – 80 %
Panen rumput atau bijian dengan windrowerdi lapang tanpa saluran 75 – 85 %
Gulung jerami (gulungan diletakkan di tanah) 65 – 80 %
Gulung jerami (dengan keretapemuat digandeng di belakang) 55 – 70 %
Pencacah / perajang lapang 50 – 75 %
Penyemprotan 55 – 65 %
7. Memperbaiki Efisiensi Lapang
Dengan bertambah komplek dan bertambah mahalnya mesin, makin pentinglah untuk mendapatkan keluaran maksimum dari mesin tersebut. Meminimumkan waktu hilang di lapang merupakan salah satu cara guna memperbaiki kapasitas lapang. Para insinyur dapat menyumbang usaha mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan merancang mesin yang memiliki kehandalan maksimum dan kebutuhan perawatan minimum.
Pengkajian waktu sering menunjukkan daerah perbaikan potensial dalam pengelolaan mesin. Jumlah waktu belok yang berlebihan dapat menunjukkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi atau lebar head-land aatu mengganti pola belok. Waktu berhenti yang berlebihan dapat berarti dibutuhkannya sistem perawatan preventif yang lebih baik.
Pengembangan alat dan sistem penanganan bahan di lapang yang lebih efisien menawarkan adanya potensi besar untuk meningkatkan efisiensi lapang. Benih, pupuk, herbisida, insektisida, dan bahan-bahan lain harus diangkut menuju lapang dan dimuat ke atas mesin. Hasil panen harus dibongkar dan diturunkan di tempat penyimpanan. Pada pengerjaan penanaman-pemupukan, penanganan bahan dalam karung di lapang dapat dengan mudah menyita 25 % dari total waktu lapang. Penanganan pupuk kering secara curah, atau pemakaian pupuk cair dan pompa pemindah dapat secara nyata mengurangi waktu penanganan bahan dan dengan demikian akan menaikkan efisiensi lapang. Renoll mendapatkan bahwa penggantian cara penanganan air pada pemberian bahan kimia pra tuna pada pengerjaan penanam tertentu menaikkan kapasitas penanam dari 1,4 ha/jam menjadi 1,6 ha/jam.
1. Istilah-istilah Yang Berkaitan Dengan Kinerja Lapang Alat Mesin Pertanian
Kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin, merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam menghitung biaya pengerjaan
tersebut per satuan luas.
Kapasitas lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya.
Waktu per hektar teoritis ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang teoritis tersebut.
Waktu kerja efektif ialah waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
Kapasitas lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total sebagaimana didefinisikan pada Bagian 2. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam.
Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
Efisiensi kinerja ialah suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya prosentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
2. Kapasitas Lapang Efektif
Kapasitas lapang efektifsuatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, prosentase lebarteoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untukmemanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi sebelah luar mata-mata paling ujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100% lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih.
Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut.
Waktu hilang merupakanvariabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dsb. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan
yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi lapang.
Kapasitas lapang efektif suatu mesin bisa dinyatakan sbb :
Dengan
C = kapasitas lapang efektif, dalam hektar per jam
S = kecepatan jalan, dalam km/jam
W = lebar teoritis alat, dalam meter
Ef = efisiensi lapang, dalam persen.
Renoll mengusulkan pengiraan kapasitas lapang efektif dalam satuan menit per hektar, yang merupakan besarnya waktu teoritis per hektar ditambah waktu per hektar yang diperlukan untuk belok ditambah waktu perhektar yang diperlukan untuk “fungsi-fungsi penunjang”. Renoll menggolongkan seluruh waktu hilang selain belok ke dalam fungsi penunjang. Item-item ini diukur dan diperkirakan secara individual lalu dijumlahkan.
3. Waktu Hilang Untuk Belok
Belok di ujung atau di sudut suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Tidak peduli apakah suatu lapang dikerjakan pulang balik, dari tepi ke tengah ataukah digarap dengan mengelilingi titik pusatnya, jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama pada ketiga cara di atas. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180o per putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90o per putaran.
Waktu yang diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik, misalnya pada tanaman larik, juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di head-land, kekasaran daerah belok dan lebar alat. Renll dalam suatu pengkajian selama 8 tahun dengan peralatan 1, 2, dan 4 larik (jarak larik 102 cm) mendapatkan bahwa waktu belok 12 – 18 detik per belokan bila daerah beloknya halus, namun akan lebih besar 10 – 30 % bila daerah beloknya kasaar. Waktu per belokan akan naik sebanyak 50 % jika daerah belok begitu sempit sehingga traktor harus diundurkan ketika belok.
Waktu per belokan pada head-land halus rata-rata hampir 5 % lebih besar pada pemanen atau penyiang 4 larik dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20 – 25 % pada head-land kasar. Pada pengujian dengan alat yang lebih lebar, Barnes dkk mendapatkan bahwa waktu per belokan rerata 40 – 5- % lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik dibanding 4 larik.
Renoll mengajukan penggunaan suatu faktor yang disebut “indeks mesin lapang” guna menunjukkan seberapa cocok suatu lapang tertentu terhadap pengerjaan tanaman larik. Renoll mendefinisikan indeks ini sebagai perbandingan prosentase dari waktu kerja efektif dibagi waktu kerja efektif + waktu belok. Harga-harga indeks terbanding untuk lapang-lapang yang berbeda ditentukan oleh pengkajian waktu aktual dengan mesin-mesin yang sama. Pengujian oleh Rnoll menunjukkan bahwa indeks mesin lapanng untuk suatu lapang tertentu cenderung konstan pada beragam pengerjaan tanaman larik.
Perjalanan tak kerja melintasi ujung-ujung suatu lapang menghasilkan kehilangan lainnya yang sering tak terhindarkan dan khususnya penting jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam lapang-lapang yang pendek. Jika w adalah lebar total masing-masing tanah (yaitu lebar luasan yang digarap sebagai sebuah satuan), rerata jarak teoritis melintas tiap ujung ialah « w. Jika panjang lapang ialah L, rerata perjalanan total per putaran adalah 2 L + w, dan prosentase jarak perjalanan tak kerja adalah
Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan w, diperoleh
Dalam prakteknya, perjalanan maksimum melintasi ujung suatu lapang akan sedikit lebih besar dibanding w, dan perjalanan minimum bila lapang dipersempit akan dibatasi oleh jejari belok mesin atau traktor. Karena itu dalam menghitung I sebaiknya diambil nilai w yang sedikit lebih besar dibanding lebar lapang.
4. Waktu Hilang Yang Sebanding dengan Luas
Beberapa waktu hilang, semacam karena istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat, biasanya cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu lapang total) jika kecepatan kerja atau lebar alat ditambah. Perjalanan tak kerja melintasi ujung lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja normal dipertahankan saat melintasi ujung.
Kehilangan waktu yang lain, semacam yang disebabkan oleh halangan, penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan pengisian tabung semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas daripada dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok, kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan pengosongan hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping sebanding dengan luasnya.
Waktu hilang yang cenderung sebanding dengan luas menjadi makin penting bila lebar atau kecepatan alat dinaikkan, karena waktu hilang tersebut akan terhitung dengan prosentase yang lebih besar dengan berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian, mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat menaikkan keluaran cuma 30 % bukannya 50 %.
Pentingnya secara relatif dari waktu berhenti yang sebanding dengan luas bisa ditentukan dari persamaan berikut, yang didasarkan pada definisi efisiensi lapang.
dengan
To = Waktu teoritik per hektar
Te = Waktu kerja efektif = To x 100/K
K = Persentase lebar alat yang dimanfaatkan secara actual
Th = Waktu hilang per hektar kerana penghentian yang tak sebanding dengan luas, setidaknya sebagian dari Th biasanya cenderung sebanding dengan Te
Ta = Waktu hilang per hektar karena penghentian yang cenderung sebanding dengan luas.
Dalam praktek aktual, hubungan antara banyak tipe waktu hilang dan waktu kerja efektif atau luas berada di suatu titik antara harga-harga ekstrim yang dihasilkan oleh Th dan Ta. Sebagaimana ditunjukkan dalam pasal 3, waktu per belokan untuk penanaman atau penyiangan tanaman larik naik sedikit jika lebar alat ditambah, sehingga waktu belok pada alat yang lebih lebar mempunyai prosentase yang lebih besar terhadap waktu total namun merupakan jumlah terkecil per hektarnya.
Mengisi wadah benih, jika hanya memerlukan sejumlah kecil benih per hektar, boleh jadi memerlukan waktu per hektar yang lebih kecil pada penanam lebar dibanding penenem yang lebih kecil karena waktu yang dibutuhkan untuk turun dari traktor, berjalan menju wadah, dan kembali kira-kira hampir sama pada kedua ukuran itu, dan akan merupakan sebuah persoalan yang signifikan dari waktu total dalam penambahan benih.
5. Waktu Hilang Berkenaan dengan Kehandalan Mesin
Peluang kerusakan alat, yang akan berakibat hilangnya waktu di lapang, adalah berbanding terbalik dengan kehandalan mesin. Kehandalan keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berfungsinya suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu sepanjang periode waktu tertentu. Sebagai contoh, jika sebuah alat memiliki kehandalan keberhasilan 1000 jam sebesar 90 %, rerata 10 % dari alat tersebut akan rusak sebelum 1000 jam dan 90 %-nya akan berumur pakai lebih dari 1000 jam. Cara lain untuk menyatakan kehandalan keberhasilan ialah dengan menyatakannya sebagai rerata selang waktu antara terjadinya kerusakan-kerusakan.
Kehandalan suatu gabungan suku atau gabungan mesin ialah hasil kali faktor-faktor kehandalan individual. Persen kehandalan harapan pada sebuah gabungan dari n bagian ialah
Dengan
x1, x2, x3, ….. xn = kehandalan harapan alat individual dalam persen.
Hendaknya diperhatikan bahwa kehandalan yang ditunjukkan dengan persamaan di atas hanyalah harga harapan statistik. Kehandalan satuan individual suatu tipe tertentuberagam secara lebar dari harga harapannya. kehandalan harapan dan faktor keragaman bisa ditentukan secara statistik dario pengamatan terhadap sekelompok satuan
individual.
Sebuah mesin komplek, semacam pemanen padu, memiliki peluang kerusakan yang jauh lebih besar dibanding sebuah mein sederhana, bahkan meskipun kehandalan keberhasilan seluruh suku individualnya mungkin saja tinggi. Sebagai contoh, sebuah mesin dengan hanya 10 bagian, masing-masing memiliki kehandalan keberhasilan 97 % untuk suatu periode waktu tertentu, akan memiliki kehandalan menyeluruh hanya sebesar 74 %. Sekalipun rancangan merupakan faktor utama kehandalan keberhasilan, tata cara pembuatan dan cara perawatan dan pemakaian mesin pun penting. Rancangan optimum merupakan suatu hasil yang menyetimbangkan biaya guna mendapatkan kehandalan yang tinggi dengan manfaat meminimumkan frekwensi terjadinya kerusakan.
Suatu survey terhadap lebih dari 1 500 petani di Indiana dan Illionis menunjukkan bahwa kehandalan keberhasilan tidak terlalu dipengaruhi oleh umur, baik pada mesin komplek maupun sederhana. Pada survey tersebut, kehandalan didasarkan pada kerusakan yang acak, tak teramalkan, serta tidak menertakan pengaruh keausan normal. Rerata terdapat 60 – 80 % peluang terjadinya satu atau lebih kerusakan per tahun, diawali dari tahun pertama umur mesin. Pada mesin yang mengalami kerusakan, rerata hilangnya waktu lapang per tahun biasanya lebih dari 8 jam untuk pemanen padu, 3 – 6 jam untuk pemetik jagung, 1 – 4 jam untuk bajak, serta kurang dari 2 jam untuk penanam dan penyiang tanamn larik. Waktu hilang yang besar pada kerusakan alat pemanen yang komplek mungkin menghasilkan kerugian ekonomis yang serius dikarenakan ketaktepatan waktu.
Kehandalan pemakaian waktu pada mesin individual menjadi makin penting jika beberapa mesin atau beberapa bagian mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang sebesar 5 atau 10 % karena kerusakan, penyetelan, pembetulan, penyumbatan/penggumpalan, atau berhenmti yang lain berkaitan dengan mesin, umumnya tidak dianggap serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing dengan kehandalan pemakaian waktu 98 %, digunakan secara beriritan, kehandalan pemakaian waktuharapan menyeluruh gabungan tersebut akan terkurangi sampai menjadi tinggal 66 %. Kehandalan pemakaian waktu, sebagaimana dibahas pada pasal ini, didasarkan pada waktu kerja efektif dan waktu hilang dari pemberhentian yang dibutuhkan pada masing-masing mesin individual dalam gabungan tersebut. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang gabungan tersebut.
Dikarenakan adanya pengurangan kehandalan pada mesin gabungan, pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih penting dibanding jika hanya dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu gabungan hendaklah dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan dan kapasitas berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.
6. Menghitung Waktu Hilang dan Efisiensi Lapang
Pengkajian waktu hilang telah dilakukan oleh sejumlah penyelidik untuk menentukan efisiensi lapang dan memberi informasi untuk keperluan analisa lapang. Pengkajian waktu terinci meliputi pengamatan dan pencatatan waktu secara menerus pada tiap kegiatan yang tercakup dalam pengerjaan lapang, untuk satu atau lebih perioda hari. Jika K = 100 %, efisiensi lapang ialah persentase total waktu lapang sepanjang mana mesin secara aktual menghasilkan fungsinya, dan dapat ditentukan secara langsung dari data waktu.
Contoh suatu pengkajian waktu terinci pada sebuah pemetik jagung satu larik disajikan di bawah ini. Waktu teramati telah diubah menjadi per hektar.
Aktivitas
menit per hektar
Belok di ujung larik 6.4
Mengosongkan keranjang 11.4
Membrsihkan mesin 5.7
Perjalanan tak kerja 2.7
Perjalanan dari dan ke gandengan 8.9
Mengumpulkan keranjang 5.2
Waktu berhenti lain 1.7
Pemetikan aktual 89.0
Jumlah waktu per hektar 131.0
Dari hasil tersebut, efisiensi lapangnya ialah
68%
Jika yang diperlukan dari suatu pengkajian hanyalah efisiensi lapangnya, hal itu dapat diperoleh dengan mengamati waktu lapang total selama 1 hari atau lebih, rerata kecepatan selama menghasilkan fungsinya secara aktual, total luas yang tergarap, dan lebar mesin teoritis. Rerata kecepatan penggarapan aktual kemudian dapatdihbungkan dengan kapasitas lapang teoritik untuk mendapatkan efisiensi lapang.
Hasil-hasil kajian lapang oleh berbagai penyelidik telah dianalisa dan dirangkum, menghasilkan harga-harga efisiensi lapang yang khas, sebagai berikut :
Kebanyakanpengerjaan pengolahan tanah(pembajakan, penyiangan, dsb) 75 – 90 %
Pengiciran atau pemupukan tanaman larik atau bijian 60 – 80 %
Pengiciran dan pemupukan tanaman larik atau bijian 45 – 65 %
Pemanenan padu 65 – 80 %
Petik jagung 55 – 70 %
Petik kapas (mesin tipe gelendong) 60 – 75 %
Potong rumput 75 – 85 %
Keruk rumput 75 – 90 %
Panen rumput atau bijian dengan windrower swa gerakdi lapang yang ada saluran irigasi 65 – 80 %
Panen rumput atau bijian dengan windrowerdi lapang tanpa saluran 75 – 85 %
Gulung jerami (gulungan diletakkan di tanah) 65 – 80 %
Gulung jerami (dengan keretapemuat digandeng di belakang) 55 – 70 %
Pencacah / perajang lapang 50 – 75 %
Penyemprotan 55 – 65 %
7. Memperbaiki Efisiensi Lapang
Dengan bertambah komplek dan bertambah mahalnya mesin, makin pentinglah untuk mendapatkan keluaran maksimum dari mesin tersebut. Meminimumkan waktu hilang di lapang merupakan salah satu cara guna memperbaiki kapasitas lapang. Para insinyur dapat menyumbang usaha mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan merancang mesin yang memiliki kehandalan maksimum dan kebutuhan perawatan minimum.
Pengkajian waktu sering menunjukkan daerah perbaikan potensial dalam pengelolaan mesin. Jumlah waktu belok yang berlebihan dapat menunjukkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi atau lebar head-land aatu mengganti pola belok. Waktu berhenti yang berlebihan dapat berarti dibutuhkannya sistem perawatan preventif yang lebih baik.
Pengembangan alat dan sistem penanganan bahan di lapang yang lebih efisien menawarkan adanya potensi besar untuk meningkatkan efisiensi lapang. Benih, pupuk, herbisida, insektisida, dan bahan-bahan lain harus diangkut menuju lapang dan dimuat ke atas mesin. Hasil panen harus dibongkar dan diturunkan di tempat penyimpanan. Pada pengerjaan penanaman-pemupukan, penanganan bahan dalam karung di lapang dapat dengan mudah menyita 25 % dari total waktu lapang. Penanganan pupuk kering secara curah, atau pemakaian pupuk cair dan pompa pemindah dapat secara nyata mengurangi waktu penanganan bahan dan dengan demikian akan menaikkan efisiensi lapang. Renoll mendapatkan bahwa penggantian cara penanganan air pada pemberian bahan kimia pra tuna pada pengerjaan penanam tertentu menaikkan kapasitas penanam dari 1,4 ha/jam menjadi 1,6 ha/jam.
Langganan:
Komentar (Atom)
