PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan kayu adalah pemanfaatan yang rasional dan penyiapan suatu bahan baku dari alam menjadi sesuatu yang siap dipasarkan untuk bermacam-macam kebutuhan manusia. Kawasan hutan pada umumnya merupakan wilayah yang terletak di pegunungan atau daerah rendah yang berbukit-bukit sehingga kebanyakan mempunyai topografi miring sampai terjal. Dalam klasifikasi hutan yang mendetail, luas minimum masing-masing tipe hutan harus ditetapkan secara tepat. Pembagian yang terlalu kecil justru mengurangi manfaat klasifikasi karena akan mempersulit penyelesaian data dan perencanaan. Klasifikasi hutan secara garis besar biasanya bermanfaat untuk perencanaan makro. Untuk menyusun rencana operasional diperlukan klasifikasi yang lebih rinci (Arief, 2001).
Kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu dari kegiatan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produksi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menghasilkan kayu guna pemenuhan kebutuhan bahan bak industri hilir dalam negeri dan untuk pemenuhan terhadap permintaaan pasar. Banyaknya kayu yang dikeluarkan dari kawasan hutan produksi akan tergantung sekali kepada kemampuan hutan produksi tersebut menyediakan kayu serta bagaimana kegiatan pemanenan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, konsekuansi logis dari kegiatan pemanenan tersebut selain kayu yang diperolah juga dampak secara langsung maupun tidak langsung dilapangan. Dampak kegiatan pemanenan terhadap lingkungan adalah gambaran bagaimana pemanenan tersebut dijalankan dan juga merupakan petunjuk bagaimana kualitas pekerjaan pemanenan pada akhirnya (Widodo, 2004).
Penyaradan merupakan salah satu sistem penting di dalam pemanenan kayu, fungsinya adalah memindahkan kayu dari tempat pengumpulan sementara atau TPN. Penyaradan kayu dibedakan menjadi tiga yaitu ; penyaradan dengan hewan, penyaradan dengan traktor, dan penyaradan dengan kabel. Penyaradan dengan kayu dipengaruhi oleh ukuran kayu, topografi, cuaca jalan sarad, ketrampilan tenaga kerja, dan keadaan tanah. Tanah yang lembek memiliki topografi yang berat, ukuran kayu yang kecil dan tenaga kerja yang rendah akan mengurangi produktivitas traktor. Penyaradan ke arah bukit menyebabkan kemampuan alat sarad untuk menempuh jalan yang lebih pendek daripada penyaradan di daerah datar (Hendrick,1995).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan terluas didunia dengan kondisi keanekaragaman yang sangat tinggi dimulai dari flora dan fauna. Dengan kawasan yang sangat luas, indonesia menjadi negara yang tergantung pada produksi hutan, terkhusus dibidang kayu log. Pada waktu penebangan maka diperlukan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah jalan sarad (Brinker dan Wolf,2002).
Jalan sarad sangat diperlukan didalam pekerjaan penyaradan. Yang dimaksud dengan penyaradan adalah kegiatan pemindahan log dari tunggak ketempat pengumpulan kayu (TPN/landing). Jalan sarad merupakan jalur didalam pengangkutan kayu dari lokasi tunggak ketempat pengumpulan kayu. Jalan sarad hanya dapat dilalui sebanyak empat trip, hal ini dilakukan agar kualitas tanah tidak rusak akibat seringnya jalan tersebut dilalui pleh kendaraan. Apabila jalan sarad ini dilalui lebih dari empat trip kemungkinann besar traktor yang mengangkut log akan terperangkap di dalam hutan akibat kerusakan jalan. Dan hal ini dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar (Pamulardi,1995).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk membuat rencana jalan sarad
2. Untuk menghitung panjang dan lebar masing masing jalan sarad
3. Untuk menghitung RKT, RKTT, RKAP dan ratio keterbukaan jalan sarad sementara serta produktivitas jalan sarad
TINJAUAN PUSATAKA
Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tunggal) yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyaradan kayu harusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan diatas peta kerja. Selain itu, juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini harus ditandai dilapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini berlaku untuk penyaradan yang menggunakan traktor. Penyaradan dengan menggunakan traktor sangat popular dalam hutan alam (HPH) di Indonesia. Penyaradan dengan cara ini sudah dimulai pada tahun 1970-an. Untuk menghindari kerusakan lingkungan penggunaan traktor pada daerah yang mempunyai lereng lebih kecil dari 30%. Walaupun secara teknis masih mampu bekerja pada kemiringan sampai 40% (Elias, 1997).
Jalan hutan merupakan jalan angkutan yang diperlukan untuk mengangkut kayu/hasil hutan ketempat pengumpulan hasil hutan (TPN/TPK) atau ketempat pengelolaan hasil hutan. Jalan induk adalah jalan yang diperlukan selama 5-20 tahunsecara terus menerus. Jalan cabang adalah jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan penguasaan hutan selama 1-5 tahun secara terus menerus. Jalan sarad adalah jalan yang dapat digunakan untuk kegiatan penyaradan kayu bulat/ log selama satu tahun secara terus menerus. Pola jaringan jalan yang ideal adalah pola jaringa jalan yang membuka wilayah hutan secara merata dan menyeluruh sehingga menghasilkan PWH yang tinggi dan dengan kerapatan jalan jalan yang optimal (Elias,1997).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola jaringan dan lokasi jalan adalah; topografi, geologi, tanah dan sistem penyaradan serta pengangkutan. Akibat pengaruh faktor tersebut maka tata/letak pola jaringan jalan terpaksa menyimpang dari keadaan ideal sehingga mempengaruhi tingkat kecepatan jalan dan persen (%) PWH. Pada daerah yang datar skema perencanaan, pembukaan alur sarad tidak begitu sulit dilakukan. Apabila memungkinkan alur sarad dibuat selurus mungkin, maksimal sampai sebatas anak sungai (Pamulardi,1995).
Dalam pelaksanaan sarad digunakan rambu-rambu lalulintas sesuai dengan keperluan, jalan jalan secara keseluruhan harus merupakan satu kesatuan jaringan jalan sarad yang dapat menjamin keterangannya secara berdaya guna dan pengangkutan yang diperlukan. Dalam hal ini jalan jalan yang digunakan yang berada di dalam dan diluar unit juga harus mampu membuat keseluruhan jalan tersebut menjadi satu kesatuan jaringan jalan, jaringan jalan yang dimaksud kegiatan penyaradan kayu gelondongan hasil penebangan baik dihutan tanah kering maupun di hutan rawa, menggunakan alat atau menekan sekecil mungkin biaya dan kerusakan yang terjadi pada pohon ini (Muhdi,2001).
Luas jaringan jalan sarad adalah tiga hingga empat meter, panjang jalan sarad 100-600 meter dari tempat penimbunan kiayu (TPK) ditambah masuk ke dalam hutan karena akan digunakan pada siklus penebangan berikutnya maka jalan sarad tidak perlu ditebangi pada tahun kedua. Dalam hal ini jalan-jalan yang berada didalam dan duluar unit juga harus mampu membuat keseluruhan jalan tersebut menjadi satu kesatuan jaringan jalan. Jaringan jalan yang dimaksud adalah kegiatan penyaradan kayu gelondongan hasil penebangan baik dihutan tanah kering maupun dihutan rawa menggunakan alat atau menekan sekecil mungkin biaya dan kerusakan yang terjadi pada pohon ini sehingga erosi sudah sangat berkurang tetapi kegiatan pembangunan jalan sarad tidak acak acakan tetapi bentuk tanduk rusa atau membentuk strip (Irvine,1995).
Desain lapangan tingkat kuvia memperlihatkan jalan sarad dan jumlah rumpang yang ada pada jalan sarad tersebut. Dalam satu terdapat 2-20 rumpang dengan luas total 0,15-15 ha. Setiap kuvio mempunyai register 200000 ha ada sekitar 2500 kuvio dan calon kuvio bukan hutan sekitar kiviom merupakan unit mandiri dan mempunyai rencana sendiri. Dihutan bakau, alur alur digunakan senbagai jalan sarad dihutan hutan rawa gambut digunakan jaln kuda kuda. Bila penebangan hanya dilakukan sepanjang jalan maka jalan angkutan tersebut merupakan jalan sarad dan rumpang jalan sarad dan jalan rumpang disepanjang jalan rumpang tersebut. Ada kuvio yang potensional kayunya tinggi dan ada pula yang potensional rotannya tinggi (Brinker dan Wolf,2002).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Rabu, 21 Oktober 2009, pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai di Ruang 301 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Peta kontur sebagai objek praktikum
2. Buku data untuk tempat menulis data
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Penggaris 1 m dan 30 cm untuk menggaris dan mengukur jarak
2. Penggaris busur untuk mengukur sudut
3. Jangka untuk membentuk lingkaran
4. Pensil unutuk membuat garis jalan pad peta atau sebagai alat gambar
5. Penghapus untuk menghapus bagian yang salah
6. Meja gambar untuk tempat menggambar peta
7. Kalkulator untuk menghitung
Prosedur Praktikum
Prosedur yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Dibuat perencanaan jalan sarad dengan ketentuan batas batasnya adalah sebagai berikut:
a. tidak melalui topografi yang curam
b. jalan sarad terjauh disesuaikan dengan kemampuan alat (umumnya 700 m) atau dengan perhitungan ekonomis
c. jarak sarad mengarah pada satu titik TPN (landing)
d. tpn berada dipinggir jalan angkutan
e. yang disarad adalah pohon
f. radius belokan minimal 100m
g. pada jalan sarad jabang direncanakan maksimal 4 kali lintasan atau 4 trip
2. Perhitungan:
a. panjang jalan sarad utama dan panjang jalan sarad cabang
b. jumlah pohon potensial yang dapat ditebang
c. jumlah pohon potensial yang dapat disarad
d. jumlah tegakan tinggal potensial
e. jumlah tegakan tinggal potensial terkena jalan sarad, baik jalan utama maupun jalan cabang
3. Dibuat analisa untuk mengefisien pengkuran rencana jalan sarad yaitu dihitung.
a. Rasio pohon terangkut
RPT = jumlah pohon terangkut x 100 %
jumlah pohon potensial dpt ditebang
b. Rasio kerusakan tegakan tinggal
RKTT = jumlah tegakan tinggal terkena jalan sarad x 100 %
jumlah tegakan tinggal potensial
c. Rasio keterbukaan areal permanen
RKAP = lebar x panjang jalan sarad utama x 100 %
luas petak tebang
d. Rasio keterbukaan areal sementara
RKAS = lebar x panjang jalan sarad cabang x 100 %
luas petak tebang
e. Produktifitas jalan sarad
PJS = jumlah pohon terangkut (pohon/km)
panjang jalan sarad
4. Hasil dimasukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Perhitungan Tiap Petak Tebang
No TPN
ke RPT (%) RKTT (%) RKAP (%) RKAS (%) PJS km/pohon
1 I
2 II
3 III
4 IV
Tabel 2. Tolak Ukur Pemilihan Alternatif
No Rasio Tolak ukur
1 Pohon terangkut (RPT) 80 % atau yang terbesar
2 Kerusakan tingkat tinggi (RKTT) < 20 % atau yang terkecil
3 Keterbukaan areal pemanenan (RKAP) < 3 % atau yang terkecil
4 Keterbukaan areal sementara (RKAS) < 4 % atau yang terkecil
5 Produktifitas jalan sarad Yang terbesar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil perhitungan tiap petak tebang yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Perhitungan Tiap Petak Tebang
No TPn RPT (%) RKTT (%) RKAP (%) RKAS (%) PJS km/pohon
1 I 76,19 11,11 1,53 1,09 6
2 II 79,17 25 0,99 1,11 6
3 III 87,5 0 0,96 1,09 6
4 IV 84,09 7,69 1,02 0,95 8
5 V 87,32 12,5 1,15 1,11 6
6 VI 83,07 10 0,47 1,09 8
7 VII 80,23 21,43 0,45 1,27 10
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa RPT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 88,73 %, sedangkan RPT terendah terdapat pada TPn I yaitu 81,25 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pohon yang dipanen pada petak tebang V lebih banyak daripada petak tebang I. Nilai rasio yang didapat merupakan perbandingan antara jumlah pohon yang berhasil dipanen dengan jumlah pohon yang berpotensi untuk dipanen. Jadi semakin banyak pohon yang berhasil dipanen maka semakin besar nilai rasio pohon terangkut. Nilai ini harus dimaksimalkan agar memperoleh keuntungan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat juga bahwa RKTT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 33,33 %, sedangkan RKTT yang terendah terdapat pada TPn IV yaitu 11,11 %. Nilai rasio menunjukkan besarnya jumlah pohon potensial yang rusak akibat jalan sarad dibandingkan dengan jumlah pohon yang potensial dipanen namun tidak terjangkau lokasinya. Jadi semakin kecil nilai rasio kerusakan tegakan tinggal berarti menunjukkan semakin kecil jumlah pohon yang rusak terkena jalad sarad. Nilai ini harus diminimalkan agar kerugian yang ditimbulkan semakin kecil.
Nilai RKAP tertinggi terdapat pada TPn I yaitu 1,43 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,44 % (pada Tabel 3). Nilai tersebut menunjukkan keterbukaan areal permanen yang digunakan sebagai jalan sarad utama terhadap luasan petak tebangnya. Luas areal diperoleh dari panjang jalan sarad dikalikan dengan lebar jalan. Menurut Irvine (1995), luas jaringan jalan sarad adalah memiliki lebar tiga hingga empat meter, panjang jalan sarad 100-600 meter. Jadi semakin luas aareal yang dibuka maka nilai rasio RKAP akan semakin besar. Nilai ini harus diminimalkan untuk memperkecil kerugian.
Nilai RKAS tertinggi terdapat pada TPn VII yaitu 1,26 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,92 % (pada Tabel 3). Data tersebut menunjukkan luasan areal yang dibuka sementara untuk jalan sarad cabang terhadap luasan petak tebangnya. Jadi semakin luas aareal yang dibuka maka nilai rasio RKAS akan semakin besar. Nilai ini juga harus diminimalkan untuk memperkecil kerugian.
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini menunjukkan bahwa produktifitas jalan sarad tertinggi terdapat pada TPn II yaitu 13 pohon/kilometer, sedangkan produktifitas jalan sarad terendah terdapat pada TPn I yaitu 6 pohon/kilometer. Nilai rasio menunjukkan besarnya jumlah pohon yang terangkut dibandingkan dengan panjang jalan sarad yang dibuat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Nilai RPT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 88,73 %, sedangkan RPT terendah terdapat pada TPn I yaitu 81,25 %.
2. Nilai RKTT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 33,33 %, sedangkan RKTT yang terendah terdapat pada TPn IV yaitu 11,11 %.
3. Nilai RKAP tertinggi terdapat pada TPn I yaitu 1,43 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,44 %.
4. Nilai RKAS tertinggi terdapat pada TPn VII yaitu 1,26 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,92 %.
5. Produktifitas jalan sarad tertinggi terdapat pada TPn II yaitu 13 pohon/kilometer, sedangkan produktifitas jalan sarad terendah terdapat pada TPn I yaitu 6 pohon/kilometer.
Saran
Diharapkan dalam perencanaan jalan sarad hasil mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan didapat.
Sabtu, 29 Januari 2011
PENDAHULUAN Penggergajian adalah suatu unit kegiatan yang merubah log menjadi kayu penggergajian dengan menggunakan alat utama gergaji. Perbedaannya dengan penggergajian kayu adalah alat yang digunakan. Gergaji adalah alat membelah dan memotong kayu yang terbuat dari logam atau campuran logam yang bentuknya pipih dan mempunyai gigi banyak. Peran industri penggergajian dalam pemanfaatan kayu adalah melakukan proses pengolahan kayu untuk pertama kali yakni yang pertama merubah kayu dalam bentuk log menjadi kayu gergajian yang berupa balok, papan dan sortimen lain untuk selanjutnya diolah pada industri sekunder, dapat memproses log yang bermutu rendah meskipun hasilnya tidak banyak, bisa juga kualitasnya baik. Dengan cara membuang bagian-bagian yang sehat dan hasilnya bisa saja berkualitas baik. Untuk kayu yang bernilai jual tinggi, kayu gergajian dari log kualitas rendah masih bisa menutupi biaya produksi. Log mutu rendah memiliki cirri bentuknya tidak silindris, cacat, growing, atau volumenya tidak besar. Industri penggergajian mengolah log menjadi kayu-kayu geragajian untuk pengolahan berikutnya. Mempunyai nilai strategis untuk industri-industri selanjutnya sehingga disebut primary conversion. Industri penggergajian merupakan proses pertama dalam urutan proses pengolahan kayu. Dapat dikatakan sebagai industri kayu yang berintegrasi dengan industri lainnya (integrated wood industry). Perusahaan dapat mendirikan perusahaan lain yang memanfaatkan kayu seefisien mungkin, dengan integrated wood industry biaya produksi, pasar, dan biaya-biaya lainnya dapat diminimumkan Layout adalah sistem pengaturan letak atau posisi mesin atau alat produksi dalam pabrik sesuai fngsi atau peranan masing-masing. Tujuan umumnya yaitu agar produksi berjalan lancar secara efektif dan efisien. Sedangkan tujuan lain dari layout ialah: 1. Keselamatan dan kegairahan pekerja meningkat 2. Memudahkanpengawasan/control 3. Memudahkan perawatan/maintenance mesin 4. Fleksibilitas (penambahan dan perluasan), untuk alat produksi pada masa yang akan datang 5. Menghilangkan pekerjaan yang melelahkan 6. Menyederhanakan gerak anggota badan 7. Pemakaian alat terintegrasi (dalam satu kesatuan yang berurutan). Ruang lingkup tata letak mesin meliputi : 1. Letak mesin, harus berdasarkan aliran proses produksi 2. Jarak antar mesin, diusahakan jarak antar mesin tidak terlalu jauhatau terlalu dekat. Jika terlalu jauh pekerja akan banyak bergerak, dan jika terlalu dekat sulit dalam perawatan dan operasional mesin 3. Urutan proses produksi 4. Secara horizontal dan vertikal, layout bisa vertikal (2 tingkat atau lebih) atau horizontal (1 tingkat). Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain : 1. Kondisi dan luas pabrik 2. Tipe, ukuran, kapasitas, dan jumlah mesin 3. Fungsi mesin 4. Kuantitas dan kualitas mesin 5. Jenis sumber tenaga 6. Kemungkinan perluasan dan penambahan mesin (harus direncanakan) PENGGERGAJIAN, LAYOUT DAN MESIN GERGAJI Pengamatan ini dilakukan di UD. SEDERHANA yang beralamat di Jln. Bromo Ujung No.1c yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 Agustus 2010. Perusahaan tersebut termasuk perusahaan kecil dengan jumlah karyawan tetap 6 orang.Perusahaan tersebut milik pak Doni Indra ST yang didirikan sejak tahun 1986. Keuntungan yang didapat dalam satu bulan berkisar Rp.30.000.000 dengan gaji karyawan sebesar Rp.30.000/hari. Bahan baku dari perusahaan ini berasal dari Pekan Baru berupa kayu Meranti, Damar, Jelutung, Merbau, Tampu Licin sedangkan yang berasal dari lokal adalah kayu Kemiri dan Mangga. Kayu yang paling banyak terjual adalah kayu Damar dan Merbau. Kayu yang paling mahal adalah kayu Merbau dengan harga Rp.10.000.000/m3. Kayu yang berasal dari UD.SEDERHANA dipasarkan kedaerah sekitar Medan, Aceh, Deli Serdang dan Binjai. Adapun mesin-mesin yang ada pada perusahaan itu berasal dari Indonesia, Italia, dan Cina. Layout dari perusahaan tersebut kurang baik dimana letak antara mesin yang satu dengan mesin yang lainnya terlalu jauh dan urutan proses pengelolahan kayu tidak beraturan. Keamanan dari perusahaan tersebut kurang memadai karena tidak adanya Satpam. Mesin dan sarana pendukung yang ada di UD.SEDERHANA adalah sebagai berikut. 1. Tahap Pertama o Pembelahan log menjadi cant o Log deck, lapangan untuk menampung log-log untuk digergaji o Headsaw I, gergaji utama membelah log menjadi cant o Headsaw II, membelah papan tebal menjadi lebih tipis o Rel/ carriage, menempatkan log yang akan digergaji pada headsaw, biasanya bertumpu pada rel o Roller, memindahkan kayu atau sabetan dari headsaw ke mesin berikutnya Tapi pada peusahaan tersebut pengelolahan kayu pada tahap pertama tidak ada dan pengelolahan kayu tahap pertama ini dilakukan di Pekan Baru dan kemudian hasil dari proses tersebut diambil oleh perusahaan UD. SEDERHANA. 2. Tahap Kedua o Resaw o Edger o Trimmer o Rel/ carriage 3. Tahap ketiga Gergaji pengolah kayu sisa (waste) 4. Timber deck dan tempat pengujian menampung atau menempatkan kayu gergajian, yang biasanya ada tempat pengujian kualitas kayu. Penguji kualitas kayu disebut grader. 5. Sumber tenaga 6. Bengkel 7. Gudang sparepart 8. Kantor atau ruang administrasi Cara pengelompokkan mesin ada 2 cara yaitu berdasarkan produk dan berdasarkan proses. Berdasarkan produk, yaitu mengelompokkan mesin produksi dengan fungsi yang sama, misalnya hasil produk berupa balok dihasilkan oleh satu mesin. Sedangkan berdasarkan proses yaitu mengelompokkan mesin dilihat dari mesin dengan fungsi yang sama, misalnya mesin yang berguna untuk mengamplas dikelompokkan pada satu tempat. Beberapa alat yang digunakan dalam UD. SDERHANA antara lain yaitu : 1. Sander (Wadkin Durham BGY 911215), berfungsi untuk menghaluskan dan membuat ketebalan kayu lebih teliti. Adapun bagiannya terdiri dari tempat amplas, focus kelurusan, skala keketatan amplas, roda, pembuka tutup mesin, amplas, tune on off, penahan mesin, dan letak mesin. Gambar 1. Mesin Fres ( Sander) 2. Planner (Startrite SDX 310),berfungsi untuk menyamakan ketebalan kayu, menghaluskandan meratakan permukaan kayu, adapun bagiannya terdiri dari bilah gergaji, penghenti pisau, skala pembuangan serbuk, pengatur tempat pembuangan serbuk, tune on off, tempat pembuangan serbuk, pengaman mata pisau da meja potong. 3. Circlesaw (De Walt Tipe 10”250 MM BLADE), berfungsi untuk memotong kayu gergajian. Bagiannya terdiri dari skala putaran, pengguna mesin, pengatur tinggi mesin, putaran derajat, stop kontak, kabel mesin, pegangan, setelan bilah, pembuangan sisa serbuk, bilah, meja, dan penahan mesin. Gambar 2. Mesin Pemotong 4. Circular saw (Wadkin Bursgreen BRA 350), berfungsi untuk memotong kayu gergajian. 5. Band Saw (Startrite 352), berfungsi untuk membelah kayu gergajian dan membentuk kayu siku. 6. Cutting Band Saw (Sheng Tsai KL W 5693), berfungsi untukmembelah kayu gergajian. 7. Mesin bor digunakan untuk membuat lobang 8. Mesin selendang berfungsi untuk membengkokkan kayu. Adapun gambaran layout dari perusahaan UD.SEDERHANA adalah : Keterangan Gambar : 1. Mesin Potong 2. Mesin Siku 3. Mesin Asah Mata 4. Mesin Ketam/Fresh 5. Mesin Belah 6. Mesin Belah 7. Mesin Sponeng Profil 8. Mesin Potong 9. Mesin Selendang 10. Mesin Bor 11. Mesin Siku 12. Mesin Pensalam 13. Mesin Alur 14. Mesin Selendang 15. Mesin Fresh 16. Mesin Tarik Kotak 17. Mesin Siku 18. Mesin Alur 19. Mesin Profil KESIMPULAN 1. Perusahaan UD. SEDERHANA merupakan perusaan kecil 2. Pengelolahan kayu pada perusahaan ini dimulai dari tahap kedua sedangkan tahap pertama berada di Pekan Baru. 3. Keuntungan dari perusahaan ini berkisar Rp.30.000.000/bulan. 4. Jenis kayu yang ada di perusahaan tersebut adalah kayu Merbau, Damar,Meranti, dan Jelutung sedangkan dari lokal adalah kayu Kemiri dan Mangga. 5. Pasar dari perusahaan tersebut adalah Sekitar kota Medan, Binjai,Aceh dan Serdang Bedagai. 6. Mesin yang terdapat pada perusahaan ini sebanyak 1 buah 7. Mesin yang ada pada perusahaan ini bersal dari Indonesia, Cina, Dan Italia. 8. Layout dari perusahaan tesebut kurang baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim.1989. Standart Pengujian dan Analisis saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI-M-08-1989-F) Bandung. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum. Jurnal Penelitian Permukiman I. Vol XII.No 1-2. Arianto, A. 2005. Pemanfaatan Limbah Peleburan Besi Untuk Pembuatan Paving Block . Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Penggeragajian Kayu (Edisi Revisi IV) . Yogyakarta : Rineka Cipta
Langganan:
Komentar (Atom)
