Sabtu, 29 Januari 2011

jalan sarad

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemanenan kayu adalah pemanfaatan yang rasional dan penyiapan suatu bahan baku dari alam menjadi sesuatu yang siap dipasarkan untuk bermacam-macam kebutuhan manusia. Kawasan hutan pada umumnya merupakan wilayah yang terletak di pegunungan atau daerah rendah yang berbukit-bukit sehingga kebanyakan mempunyai topografi miring sampai terjal. Dalam klasifikasi hutan yang mendetail, luas minimum masing-masing tipe hutan harus ditetapkan secara tepat. Pembagian yang terlalu kecil justru mengurangi manfaat klasifikasi karena akan mempersulit penyelesaian data dan perencanaan. Klasifikasi hutan secara garis besar biasanya bermanfaat untuk perencanaan makro. Untuk menyusun rencana operasional diperlukan klasifikasi yang lebih rinci (Arief, 2001).
Kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu dari kegiatan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produksi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menghasilkan kayu guna pemenuhan kebutuhan bahan bak industri hilir dalam negeri dan untuk pemenuhan terhadap permintaaan pasar. Banyaknya kayu yang dikeluarkan dari kawasan hutan produksi akan tergantung sekali kepada kemampuan hutan produksi tersebut menyediakan kayu serta bagaimana kegiatan pemanenan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, konsekuansi logis dari kegiatan pemanenan tersebut selain kayu yang diperolah juga dampak secara langsung maupun tidak langsung dilapangan. Dampak kegiatan pemanenan terhadap lingkungan adalah gambaran bagaimana pemanenan tersebut dijalankan dan juga merupakan petunjuk bagaimana kualitas pekerjaan pemanenan pada akhirnya (Widodo, 2004).
Penyaradan merupakan salah satu sistem penting di dalam pemanenan kayu, fungsinya adalah memindahkan kayu dari tempat pengumpulan sementara atau TPN. Penyaradan kayu dibedakan menjadi tiga yaitu ; penyaradan dengan hewan, penyaradan dengan traktor, dan penyaradan dengan kabel. Penyaradan dengan kayu dipengaruhi oleh ukuran kayu, topografi, cuaca jalan sarad, ketrampilan tenaga kerja, dan keadaan tanah. Tanah yang lembek memiliki topografi yang berat, ukuran kayu yang kecil dan tenaga kerja yang rendah akan mengurangi produktivitas traktor. Penyaradan ke arah bukit menyebabkan kemampuan alat sarad untuk menempuh jalan yang lebih pendek daripada penyaradan di daerah datar (Hendrick,1995).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan terluas didunia dengan kondisi keanekaragaman yang sangat tinggi dimulai dari flora dan fauna. Dengan kawasan yang sangat luas, indonesia menjadi negara yang tergantung pada produksi hutan, terkhusus dibidang kayu log. Pada waktu penebangan maka diperlukan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah jalan sarad (Brinker dan Wolf,2002).
Jalan sarad sangat diperlukan didalam pekerjaan penyaradan. Yang dimaksud dengan penyaradan adalah kegiatan pemindahan log dari tunggak ketempat pengumpulan kayu (TPN/landing). Jalan sarad merupakan jalur didalam pengangkutan kayu dari lokasi tunggak ketempat pengumpulan kayu. Jalan sarad hanya dapat dilalui sebanyak empat trip, hal ini dilakukan agar kualitas tanah tidak rusak akibat seringnya jalan tersebut dilalui pleh kendaraan. Apabila jalan sarad ini dilalui lebih dari empat trip kemungkinann besar traktor yang mengangkut log akan terperangkap di dalam hutan akibat kerusakan jalan. Dan hal ini dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar (Pamulardi,1995).


Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk membuat rencana jalan sarad
2. Untuk menghitung panjang dan lebar masing masing jalan sarad
3. Untuk menghitung RKT, RKTT, RKAP dan ratio keterbukaan jalan sarad sementara serta produktivitas jalan sarad






TINJAUAN PUSATAKA

Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tunggal) yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyaradan kayu harusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan diatas peta kerja. Selain itu, juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini harus ditandai dilapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini berlaku untuk penyaradan yang menggunakan traktor. Penyaradan dengan menggunakan traktor sangat popular dalam hutan alam (HPH) di Indonesia. Penyaradan dengan cara ini sudah dimulai pada tahun 1970-an. Untuk menghindari kerusakan lingkungan penggunaan traktor pada daerah yang mempunyai lereng lebih kecil dari 30%. Walaupun secara teknis masih mampu bekerja pada kemiringan sampai 40% (Elias, 1997).
Jalan hutan merupakan jalan angkutan yang diperlukan untuk mengangkut kayu/hasil hutan ketempat pengumpulan hasil hutan (TPN/TPK) atau ketempat pengelolaan hasil hutan. Jalan induk adalah jalan yang diperlukan selama 5-20 tahunsecara terus menerus. Jalan cabang adalah jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan penguasaan hutan selama 1-5 tahun secara terus menerus. Jalan sarad adalah jalan yang dapat digunakan untuk kegiatan penyaradan kayu bulat/ log selama satu tahun secara terus menerus. Pola jaringan jalan yang ideal adalah pola jaringa jalan yang membuka wilayah hutan secara merata dan menyeluruh sehingga menghasilkan PWH yang tinggi dan dengan kerapatan jalan jalan yang optimal (Elias,1997).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola jaringan dan lokasi jalan adalah; topografi, geologi, tanah dan sistem penyaradan serta pengangkutan. Akibat pengaruh faktor tersebut maka tata/letak pola jaringan jalan terpaksa menyimpang dari keadaan ideal sehingga mempengaruhi tingkat kecepatan jalan dan persen (%) PWH. Pada daerah yang datar skema perencanaan, pembukaan alur sarad tidak begitu sulit dilakukan. Apabila memungkinkan alur sarad dibuat selurus mungkin, maksimal sampai sebatas anak sungai (Pamulardi,1995).
Dalam pelaksanaan sarad digunakan rambu-rambu lalulintas sesuai dengan keperluan, jalan jalan secara keseluruhan harus merupakan satu kesatuan jaringan jalan sarad yang dapat menjamin keterangannya secara berdaya guna dan pengangkutan yang diperlukan. Dalam hal ini jalan jalan yang digunakan yang berada di dalam dan diluar unit juga harus mampu membuat keseluruhan jalan tersebut menjadi satu kesatuan jaringan jalan, jaringan jalan yang dimaksud kegiatan penyaradan kayu gelondongan hasil penebangan baik dihutan tanah kering maupun di hutan rawa, menggunakan alat atau menekan sekecil mungkin biaya dan kerusakan yang terjadi pada pohon ini (Muhdi,2001).
Luas jaringan jalan sarad adalah tiga hingga empat meter, panjang jalan sarad 100-600 meter dari tempat penimbunan kiayu (TPK) ditambah masuk ke dalam hutan karena akan digunakan pada siklus penebangan berikutnya maka jalan sarad tidak perlu ditebangi pada tahun kedua. Dalam hal ini jalan-jalan yang berada didalam dan duluar unit juga harus mampu membuat keseluruhan jalan tersebut menjadi satu kesatuan jaringan jalan. Jaringan jalan yang dimaksud adalah kegiatan penyaradan kayu gelondongan hasil penebangan baik dihutan tanah kering maupun dihutan rawa menggunakan alat atau menekan sekecil mungkin biaya dan kerusakan yang terjadi pada pohon ini sehingga erosi sudah sangat berkurang tetapi kegiatan pembangunan jalan sarad tidak acak acakan tetapi bentuk tanduk rusa atau membentuk strip (Irvine,1995).
Desain lapangan tingkat kuvia memperlihatkan jalan sarad dan jumlah rumpang yang ada pada jalan sarad tersebut. Dalam satu terdapat 2-20 rumpang dengan luas total 0,15-15 ha. Setiap kuvio mempunyai register 200000 ha ada sekitar 2500 kuvio dan calon kuvio bukan hutan sekitar kiviom merupakan unit mandiri dan mempunyai rencana sendiri. Dihutan bakau, alur alur digunakan senbagai jalan sarad dihutan hutan rawa gambut digunakan jaln kuda kuda. Bila penebangan hanya dilakukan sepanjang jalan maka jalan angkutan tersebut merupakan jalan sarad dan rumpang jalan sarad dan jalan rumpang disepanjang jalan rumpang tersebut. Ada kuvio yang potensional kayunya tinggi dan ada pula yang potensional rotannya tinggi (Brinker dan Wolf,2002).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Rabu, 21 Oktober 2009, pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai di Ruang 301 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Peta kontur sebagai objek praktikum
2. Buku data untuk tempat menulis data
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Penggaris 1 m dan 30 cm untuk menggaris dan mengukur jarak
2. Penggaris busur untuk mengukur sudut
3. Jangka untuk membentuk lingkaran
4. Pensil unutuk membuat garis jalan pad peta atau sebagai alat gambar
5. Penghapus untuk menghapus bagian yang salah
6. Meja gambar untuk tempat menggambar peta
7. Kalkulator untuk menghitung

Prosedur Praktikum
Prosedur yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Dibuat perencanaan jalan sarad dengan ketentuan batas batasnya adalah sebagai berikut:
a. tidak melalui topografi yang curam
b. jalan sarad terjauh disesuaikan dengan kemampuan alat (umumnya 700 m) atau dengan perhitungan ekonomis
c. jarak sarad mengarah pada satu titik TPN (landing)
d. tpn berada dipinggir jalan angkutan
e. yang disarad adalah pohon
f. radius belokan minimal 100m
g. pada jalan sarad jabang direncanakan maksimal 4 kali lintasan atau 4 trip
2. Perhitungan:
a. panjang jalan sarad utama dan panjang jalan sarad cabang
b. jumlah pohon potensial yang dapat ditebang
c. jumlah pohon potensial yang dapat disarad
d. jumlah tegakan tinggal potensial
e. jumlah tegakan tinggal potensial terkena jalan sarad, baik jalan utama maupun jalan cabang

3. Dibuat analisa untuk mengefisien pengkuran rencana jalan sarad yaitu dihitung.
a. Rasio pohon terangkut
RPT = jumlah pohon terangkut x 100 %
jumlah pohon potensial dpt ditebang

b. Rasio kerusakan tegakan tinggal
RKTT = jumlah tegakan tinggal terkena jalan sarad x 100 %
jumlah tegakan tinggal potensial

c. Rasio keterbukaan areal permanen
RKAP = lebar x panjang jalan sarad utama x 100 %
luas petak tebang

d. Rasio keterbukaan areal sementara
RKAS = lebar x panjang jalan sarad cabang x 100 %
luas petak tebang

e. Produktifitas jalan sarad
PJS = jumlah pohon terangkut (pohon/km)
panjang jalan sarad

4. Hasil dimasukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Perhitungan Tiap Petak Tebang
No TPN
ke RPT (%) RKTT (%) RKAP (%) RKAS (%) PJS km/pohon
1 I
2 II
3 III
4 IV
Tabel 2. Tolak Ukur Pemilihan Alternatif
No Rasio Tolak ukur
1 Pohon terangkut (RPT) 80 % atau yang terbesar
2 Kerusakan tingkat tinggi (RKTT) < 20 % atau yang terkecil
3 Keterbukaan areal pemanenan (RKAP) < 3 % atau yang terkecil
4 Keterbukaan areal sementara (RKAS) < 4 % atau yang terkecil
5 Produktifitas jalan sarad Yang terbesar


























HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil perhitungan tiap petak tebang yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Perhitungan Tiap Petak Tebang
No TPn RPT (%) RKTT (%) RKAP (%) RKAS (%) PJS km/pohon
1 I 76,19 11,11 1,53 1,09 6
2 II 79,17 25 0,99 1,11 6
3 III 87,5 0 0,96 1,09 6
4 IV 84,09 7,69 1,02 0,95 8
5 V 87,32 12,5 1,15 1,11 6
6 VI 83,07 10 0,47 1,09 8
7 VII 80,23 21,43 0,45 1,27 10


Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa RPT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 88,73 %, sedangkan RPT terendah terdapat pada TPn I yaitu 81,25 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pohon yang dipanen pada petak tebang V lebih banyak daripada petak tebang I. Nilai rasio yang didapat merupakan perbandingan antara jumlah pohon yang berhasil dipanen dengan jumlah pohon yang berpotensi untuk dipanen. Jadi semakin banyak pohon yang berhasil dipanen maka semakin besar nilai rasio pohon terangkut. Nilai ini harus dimaksimalkan agar memperoleh keuntungan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat juga bahwa RKTT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 33,33 %, sedangkan RKTT yang terendah terdapat pada TPn IV yaitu 11,11 %. Nilai rasio menunjukkan besarnya jumlah pohon potensial yang rusak akibat jalan sarad dibandingkan dengan jumlah pohon yang potensial dipanen namun tidak terjangkau lokasinya. Jadi semakin kecil nilai rasio kerusakan tegakan tinggal berarti menunjukkan semakin kecil jumlah pohon yang rusak terkena jalad sarad. Nilai ini harus diminimalkan agar kerugian yang ditimbulkan semakin kecil.
Nilai RKAP tertinggi terdapat pada TPn I yaitu 1,43 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,44 % (pada Tabel 3). Nilai tersebut menunjukkan keterbukaan areal permanen yang digunakan sebagai jalan sarad utama terhadap luasan petak tebangnya. Luas areal diperoleh dari panjang jalan sarad dikalikan dengan lebar jalan. Menurut Irvine (1995), luas jaringan jalan sarad adalah memiliki lebar tiga hingga empat meter, panjang jalan sarad 100-600 meter. Jadi semakin luas aareal yang dibuka maka nilai rasio RKAP akan semakin besar. Nilai ini harus diminimalkan untuk memperkecil kerugian.
Nilai RKAS tertinggi terdapat pada TPn VII yaitu 1,26 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,92 % (pada Tabel 3). Data tersebut menunjukkan luasan areal yang dibuka sementara untuk jalan sarad cabang terhadap luasan petak tebangnya. Jadi semakin luas aareal yang dibuka maka nilai rasio RKAS akan semakin besar. Nilai ini juga harus diminimalkan untuk memperkecil kerugian.
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini menunjukkan bahwa produktifitas jalan sarad tertinggi terdapat pada TPn II yaitu 13 pohon/kilometer, sedangkan produktifitas jalan sarad terendah terdapat pada TPn I yaitu 6 pohon/kilometer. Nilai rasio menunjukkan besarnya jumlah pohon yang terangkut dibandingkan dengan panjang jalan sarad yang dibuat.













KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Nilai RPT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 88,73 %, sedangkan RPT terendah terdapat pada TPn I yaitu 81,25 %.
2. Nilai RKTT tertinggi terdapat pada TPn V yaitu 33,33 %, sedangkan RKTT yang terendah terdapat pada TPn IV yaitu 11,11 %.
3. Nilai RKAP tertinggi terdapat pada TPn I yaitu 1,43 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,44 %.
4. Nilai RKAS tertinggi terdapat pada TPn VII yaitu 1,26 %, sedangkan RKAP terendah terdapat pada TPn VI yaitu 0,92 %.
5. Produktifitas jalan sarad tertinggi terdapat pada TPn II yaitu 13 pohon/kilometer, sedangkan produktifitas jalan sarad terendah terdapat pada TPn I yaitu 6 pohon/kilometer.


Saran
Diharapkan dalam perencanaan jalan sarad hasil mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan didapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar